Cerita Perjalanan di Brunei Darussalam
(Oleh: Cahyo Nur Pambudi, Delegasi Indonesia dalam Bengkel E to Soul BELIA MABIMS 2.0 Tahun 2025)
Perjalanan saya ke Brunei Darussalam dalam rangka mengikuti kegiatan Bengkel E to Soul BELIA MABIMS 2.0 tidak hanya memberikan pengalaman berharga dalam pengembangan dakwah digital, tetapi juga meninggalkan kesan mendalam tentang kehidupan dan budaya masyarakat Brunei.
Sejak pertama kali menginjakkan kaki di Bandar Seri Begawan, saya langsung merasakan suasana yang sangat berbeda. Negaranya tertata rapi, bersih, dan tenang. Jalan-jalan lebar dengan lalu lintas yang tertib, bangunan publik dan tempat ibadah terpelihara dengan baik, serta lingkungan kota yang hijau dan asri menciptakan atmosfer yang nyaman dan menenangkan.
Namun yang paling membekas bagi saya adalah keramahan penduduk Brunei. Dalam berbagai kesempatan, kami disambut dengan senyuman hangat, sapaan sopan, dan sikap yang sangat menghargai tamu. Bahkan, ada satu pengalaman yang sangat tidak terlupakan — saya dan beberapa peserta diajak berkeliling kota Brunei dengan mobil pribadi oleh salah satu warga lokal, secara gratis dan tanpa diminta.
Ia membawa kami mengunjungi beberapa tempat ikonik di Brunei, seperti Masjid Sultan Omar Ali Saifuddien, Kampong Ayer, dan Istana Nurul Iman dari kejauhan. Sambil menyetir, ia menceritakan banyak hal tentang sejarah, budaya, dan kehidupan sehari-hari masyarakat Brunei dengan antusias. Semua itu dilakukan dengan tulus, tanpa pamrih — hanya demi menyambut tamu dari negara sahabat.
Pengalaman ini mengajarkan saya bahwa keramahan dan kebaikan hati tidak mengenal batas negara. Brunei bukan hanya tempat belajar dan berbagi ilmu dakwah, tetapi juga tempat saya menyaksikan bagaimana nilai-nilai Islam diterapkan dalam kehidupan sehari-hari — penuh kedamaian, kesederhanaan, dan kepedulian terhadap sesama.
Semoga kelak saya bisa kembali, tidak hanya sebagai peserta kegiatan, tetapi juga sebagai sahabat yang membawa semangat silaturahmi lintas negara.
EmoticonEmoticon